1 / 5
2 / 5
3 / 5
4 / 5
5 / 5

Rahasia Sayap Lebah

Madu Tanjung | 14.40.00 | 0 komentar




Lebah dan kemampuan terbangnya telah lama memancing rasa penasaran para ilmuwan. Untuk bisa terbang, lebah harus mengepakkan sayap tipisnya dengan sangat cepat. Sekadar gambaran, lebah hanya butuh 8 milidetik untuk satu kepakan sayap.

Dengan kemampuan sedahsyat itu, para ilmuwan telah lama menduga bahwa lebah mengembangkan jenis otot khusus yang berbeda dengan otot manusia dan hewan bertulang belakang.

Penelitian dalam beberapa tahun terakhir berfokus pada otot-otot khusus yang digunakan lebah untuk terbang. Hasilnya cukup mengejutkan. Lebah ternyata tidak mengembangkan mekanisme ototnya sendiri, melainkan menyempurnakan mekanisme kuno kontraksi otot yang pertama kali digunakan oleh vertebrata.

Penelitian Hiroyuki Iwamoto dan Naoto Yagi, yang diterbitkan dalam jurnal Science, mengupas lebih dalam misteri itu. Duo ilmuwan dari Synchrotron Radiation Research Institute di Jepang itu menemukan bahwa kontraksi otot super-cepat pada lebah merupakan hasil aktivitas protein aktin dan myosin. 

Dua macam protein itu juga membantu kontraksi otot rangka pada vertebrata.
Dalam percobaannya, Iwamoto dan Yagi menempelkan seekor lebah pada batang logam di bagian punggungnya. Mereka menerangi lebah itu dengan cahaya dari belakang. Lebah yang terangsang oleh sinar langsung menggerakkan sayapnya seakan sedang terbang.

Pada saat itulah kedua ilmuwan mengambil foto otot lebah dengan menembakkan sinar-X dari samping ke bagian dada lebah. Sinar-X bisa menembus ke dalam dada lebah sehingga mampu melihat gerakan otot sayapnya.

Pengamatan dilengkapi dengan hasil rekaman dua kamera berkecepatan tinggi yang mampu menangkap gambar 5.000 frame per detik. Satu kamera merekam kepala lebah dari depan, sementara kamera lainnya dipasang dekat batang logam untuk menangkap gerakan dari samping.

Pengaturan sinar-X dan kamera ini memungkinkan kedua ilmuwan itu untuk mempelajari kinerja sayap lebah dari anatomi dalam dan luar hingga 40 frame per kepakan.

Pengamatan mereka menunjukkan bahwa lebah mengandalkan deformasi myosin dan aktin untuk memicu kontraksi otot penggerak sayap. "Hasil evolusi berabad-abad ini memungkinkan lebah mengepakkan sayap mereka sangat cepat dalam ritme yang pendek-pendek," kata Iwamato dan Yagi, seperti dikutip dari laman Phys.org.

Pada vertebrata, kontraksi otot dipicu ion kalsium yang dilepaskan setelah mendapat sinyal dari saraf motorik. Ion-ion kalsium dijerat oleh troponin yang ada pada protein aktin.

Akibatnya, filamen aktin memutar dan mengaktifkan kepala myosin-disebut juga protein motorik. Begitu semua berikatan, molekul myosin mengalami kontraksi dan menggerakkan otot.

Menurut Iwamoto dan Yagi, proses ini bekerja sangat baik pada vertebrata. Namun tidak demikian pada serangga, termasuk lebah. Proses serupa terlalu lambat dan memakan banyak energi, meski otot serangga dan vertebrata berbagi komponen dasar yang sama.

Bagaimanapun, fenomena sayap lebah memang terbilang unik. Begitu dikepakkan, sayap lebah seakan bergerak terombang-ambing (berosilasi), tidak hanya ke atas-bawah. "Gerakan yang tampak spontan ini masih misterius," ujar Iwamoto dan Yagi.



Category:

0 komentar